Narasi

Toko Roti Tegal: Tempat Soe Hok Gie Menyatakan Cinta Terakhir Kali

Toko Roti Tegal: Tempat Soe Hok Gie Menyatakan Cinta Terakhir Kali

Berbicara soal Tegal, ternyata tidak hanya soal warteg. Di kawasan Matraman, Jakarta Timur, kami menyambangi toko roti legendaris sejak tahun 1960-an, yang bernama “Toko Roti Tegal”. Lokasinya tepatnya di Jl. Matraman Raya No.68, Matraman, Jakarta Timur.

Bertandang ke sini, cocok untuk yang sedang ingin merasakan suasana 70-an, sembari mengudap deretan roti, kue basah, kue kering, deretan jajanan pasar, dan sederet puluhan kudapan yang terpampang di etalase kaca. Di sisi lainnya, juga terdapat rak untuk memajang kue kering, dan beberapa wadah kardus yang ditata apik untuk stok pembungkus jajanan pasar.

Suasana vintage di dalam toko ini, semakin teryakinkan dengan, onggokan timbangan lawas di sebelah meja kasir, lengkap dengan beberapa toples gaya lama yang berisi permen-permen yang juga sudah tidak banyak di pasaran. Bagi banyak orang, kudapan semacam ini bisa jadi mengingatkan dengan masa kecil era 70 hingga 90-an. Timbangan tersebut tentu bukan hanya untuk pajangan, sebab kegunaannya masih berfungsi untuk menimbang permen dan coklat yang dipesan pelanggan.

Tak perlu risau jika ingin berlama-lama di sini, karena juga disediakan beberapa kursi meja untuk pengunjung, sembari menikmati sajian yang ditawarkan oleh Toko Roti Tegal. Kami berkeliling mengitari etalase kaca berisi puluhan deretan kue dan jajanan, di mana etalasenya terlihat produksi lama, yang diperjelas juga dengan keterangan untuk menggeser pelan-pelan, layaknya barang bersejarah yang perlu kehati-hatian untuk menyentuhnya, karena sudah rapuh termakan umur.

Mata seperti dimanjakan dengan deretan aneka kue, dari kue bolu, kue basah ,kue kering, onde-onde, pastel, bolu kukus, dadar gulung, pie nanas, martabak kemasan, tahu isi, hingga putu ayu, dan beberapa lainnya, yang mungkin jika disebut satu per satu dalam daftar menu, akan berderet menjadi daftar panjang dengan font huruf kecil-kecil. Ada pula paket tampah jajanan pasar, kue ulang tahun, dan beberapa kombinasi yang bisa dipesan di sini untuk keperluan hajatan, atau untuk keperluan acara kumpul-kumpul.

Sayangnya, saat ke sini kami tidak bertemu dengan Ibu Shinta, pemilik Toko Roti Tegal, generasi ketiganya. Namun kami ditemani oleh Ibu Suti, salah satu karyawan senior di sini yang sudah bekerja sejak tahun 90-an.

Kami mengambil beberapa kudapan seperti kue ku, dadar gulung, kue bugis, kue nagasari, dan beberapa kue andalan di sini; kue amandel, dan pie nanas. Ibu Suti menjelaskan semua kue yang terpajang adalah produkdi sendiri dari Toko Roti Tegal.

Ada cerita menarik mengenai Toko Roti Tegal ini, dalam salah satu tulisan di Majalan Tempo, edisi Oktober 2016 lalu. Tempo menulis soal Toko Roti Tegal ini yang menjadi tempat bersejarah untuk Soe Hok Gie, aktivis mahasiswa era 1960-an, yang sempat diangkat dalam layar lebar, oleh Riri Riza, tahun 2005 silam. Tempo menulis, “Tiga Asmara Berakhir di Pendakian”

Dan di paragraf awalnya menyebutkan, “Soe Hok Gie mengambil kesempatan itu. Ketika mengantar Nurmala Kartini Panjaitan ke Toko Roti Tegal, Jakarta Timur, pada 11 Desember 1969 sore yang gerimis, ia mengungkapkan perasaannya…” Dan Toko Roti Tegal menjadi tempat terakhirnya menemui pujaan hatinya, sebelum kemudian dia mendaki ke Semeru, dan meninggal di sana, 16 Desember 1969.

Mendengarkan cerita dari Ibu Suti, tidak terasa kami menandaskan kue amandel khas Toko Roti Tegal, yang di tenggorokan terasa berat, dan memerlukan beberapa tegukan kopi, yang juga dipesan di sini, untuk mengantarkannya ke dalam perut. Menyeruput kopi, mengudap roti, jajanan, dan kawanannya di sini, sembari berbincang ngalor ngidul dengan Ibu Suti, terasa menyenangkan, dan membawa suasana yang tidak hanya berhenti soal kenyang saja setelah menandaskannya.

Mari makan, rasakan, dengarkan, dan ceritakan.

Post Comment