Warna Warni Minang
Kaum Jakarta
Jl. Dr. Kusuma Atmaja No 77
Jakarta
Pendaftaran: WA +62 813-8171-5256
Tanggal 19 dan 26 Oktober 2023
Restoran Kaum Jakarta yang memulai sejarahnya dari menyajikan kuliner Indonesia fenomenal di Hong Kong, kini menelurkan sebuah karya baru dalam program Kaum Santap Malam Series yang mengeksplorasi kuliner Minang. Chef Rachmad Hidayat dari Kaum bekerja sama dengan Reno Andam, penulis buku Rendang Traveller, menghadirkan sebuah pop-up dinner berjudul “Warna-warni Minang”. Acara ini diadakan tanggal 12, 19, dan 26 Oktober dalam bentuk santap malam.
Pengaturan tempat santap malamnya sangat unik. Bukan di lokasi fine dining seperti biasa, melainkan di bar! Ya, peserta duduk berjajar di meja bar, sementara di sisi sebrangnya ada Chef Rachmad dan Reno yang bercerita mengenai hidangan yang disajikan.
“Warna-warni Minang ingin menunjukkan betapa kayanya rempah dan pelangi rasa dari kuliner Minang” kata Reno Andam sambil membuka acara. Tidak ada satupun peserta yang menduga, kejutan yang akan datang setelahnya!
Pertama-tama, peserta disuguhi hidangan pembuka berupa rujak yang berbasis nangka. Penyajiannya saja sudah istimewa: tampil cantik diatas seiris barang bambu. Ketika dicicip, wow! Racikan Chef Rachmad memang langsung menunjukkan keberaniannya: mangga muda dan nangka, yang langsung menggugah selera. Kemudian sup hadir dengan wadah setengah buah kelapa, mirip dengan penyajian green curry Thailand. Tapi, ini rasa Minang! “Memang, eksplorasi kali ini kami memberanikan diri mencoba ide-ide gila, yang bisa melihat kekayaan kuliner Minang dari sisi yang berbeda” kata Chef Rachmad menjelaskan.
Setelah kejutan rasa dan penyajian, ternyata masih ada kejutan lagi. Setiap peserta menerima amplop! Isinya bukan voucher, melainkan penutup mata. Apa pula ini? “Kami mau peserta meraba, membaui, dan mencicipi bahan yang kami berikan, lalu menebak identitasnya. Bahan itulah yang menjadi ciri khas hidangan utama yang kami sajikan” kata Reno menjelaskan. Menarik! Kalau “makanan Padang” biasanya serba praktis, cepat, dan lugas, kini kita dipaksa memejamkan mata, tenggelam dalam hingar-bingar bar Kaum, sambil meraba dan membaui sebongkah benda di tangan saya.
Ternyata, mata tertutup akan mempertajam indera lainnya: hidung menjadi tajam, dan lidah pun mencecap. Menarik!
Selain makanan, ada juga minuman yang disandingkan dengan makanannya, diracik khusus oleh Bang Jaka. “Minuman ini dibuat menggunakan jus buah kecombrang. Biasanya kan bunga, nah ini buahnya!” kata Bang Jaka sambil menyajikan minuman berwarna merah yang rasanya sangat menarik! Belum pernah saya mencicipi yang seperti ini. Ada sedikit aroma cengkeh, dengan rasa yang cukup manis. Mantap!
Acara ini mendobrak begitu banyak pakem dalam kuliner Minang. Kuah gulai yang biasanya disajikan di piring, kini di dalam gelas kaca kecil, sehingga bisa dicampur dan dipadu-padan dengan hidangan yang disajikan. Kemudian penggunaan daun pisang sebagai alas, kertas untuk membungkus kacang rebus, serta penyajian pepes belut misalnya, nampak cantik dan elegan tetapi setia pada akar budayanya. Tambusu, yang biasanya hadir dalam bentuk yang besar, diolah oleh Chef Rachmad menjadi sajian unik berbentuk silinder seperti tenderloin steak. Alamak, rupanya cantik, rasanya pun otentik!
Masih ada satu kejutan lagi: hidangan penutup! Kali ini peserta diminta mengisi TTS alias Teka Teki Silang mengenai kuliner dan budaya Minang, diiringi lagu “Dindin Badindin” yang biasanya mengiringi tari piring. Duh, iseng banget sih! Tapi, pengalaman ini membawa peserta menarik kesimpulan mengenai intisari rasa Minangkabau: dari simbol-simbol seperti Jam Gadang, tokoh seperti Mohammad Hatta, sampai kopi talua.
Inilah DNA-nya budaya Minang! Dan entah disengaja atau tidak, pertanyaan nomor satu adalah: clan/community (bahasa Indonesia). Jawabannya: KAUM! Inilah passion manajemen Kaum, dan alasan mengapa restorannya diberi nama “Kaum”. Passion-nya adalah memberikan panggung untuk tiap kaum di Indonesia, dimana mereka bisa memajang keagungan budaya kulinernya dengan standar kualitas terbaik. Beruntunglah Minang, yang mendapat giliran!
Santap malam “Warna-Warni Minang” ini sangat direkomendasikan untuk pegiat budaya Minang atau penikmat masakan Padang yang ingin melakukan eksplorasi lebih jauh. Porsi melimpah dan bisa belajar juga soal budaya Minang! Kapan lagi bisa mencoba pengalaman ini?
Salam,
Harry Nazarudin (@kangharnaz)