Jalansutra

RM Surya, Sang Surya Yang Setia Bersinar Selama 64 Tahun!

RM Surya, Sang Surya Yang Setia Bersinar Selama 64 Tahun!

RM Surya, Jl. Bendungan Hilir No. 5, Jakarta Pusat, 0813 1003 2485

Rumah Makan Surya di Bendungan Hilir memang sudah menjadi legenda dan tidak perlu panjang lebar dijelaskan. Tetapi, tahukah Anda bahwa rumah makan ini sudah melayani warga Jakarta sejak 64 tahun yang lalu?

Zaman dahulu, salah satu cabang mereka di Jatinegara bahkan sempat menjadi “kantor pos dadakan” untuk menitipkan surat-surat dari Sumatera Barat yang ditujukan pada para perantau yang sering makan di situ. Bagi yang berkantor di kawasan Sudirman-Thamrin, RM Surya Bendungan Hilir ini tentu saja menjadi tempat yang tidak asing lagi. Buat saya, yang saya cari adalah gulai kepala ikan dan gulai tongkolnya. Jaminan mutu!

Foto RM Surya pertama di Jembatan Lima, courtesy RM Surya/Reno Andam Suri

Untuk memperingati 64 tahun berkarya, Dokumentaria Berselera bersama Penerbit Binatang Press menerbitkan buku berjudul “RM Surya Tak Pernah Tenggelam” yang diluncurkan pada tanggal 27 April 2025. Di mana lagi lokasinya, kalau bukan di Bendungan Hilir No. 5!

Untuk penggemar kuliner, tentu saja ini bisa dianggap sebagai “alasan” belaka untuk menyambangi RM Surya di hari Minggu sore itu. Jangan harap pada selebrasi berlebihan! Beginilah hasil ditempa selama 64 tahun oleh hiruk-pikuk kota metropolitan: ketika sampai, RM Surya nampak beroperasi seperti biasa. Suasana riuh rendah, dengan pelayan berseragam merah yang sigap ke sana-ke mari mencatat dan mengirim pesanan makanan. Tumbukan piring penuh sajian hidangan berselera nampak rapi di jendela yang relatif kecil untuk ruangan dalam yang sambung-menyambung dan luas.

Terlihat dua orang sahabat bercengkrama di salah satu sudut, yang satu memesan sate padang dan satu lagi memesan gado-gado padang yang nampak lezat. Mula-mula saya sungkan bertanya pada pelayan yang nampak sibuk, tetapi dia langsung menjawab dengan senyum:

“Untuk acara silakan ke Lantai 2 ya Mas!” katanya. Mantap!

Di lantai 2 ternyata acara sudah siap dengan sebuah meja yang memajang berbagai buku terbitan Binatang Press dan akses ke satu ruangan baru dengan interior megah. Saya langsung menyapa Reno Andam Suri, sahabat sekaligus penulis kuliner Minang. Rupanya di situ ada Nugraha alias Aga, ahli sketsa kuliner, dan pengerjaan buku ini juga dibantu fotografer, Jeremiah Michael. Terlihat pula tuan rumah Pak Indra Taufik yang adalah pemilik generasi ketiga dari RM Surya.

Beliau dengan bangga bercerita mengenai sejarah RM Surya melalui jajaran foto hitam-putih yang terpampang di tembok. Di situ nampak foto-foto dari dapur, proses memasak, sampai ada daun kunyit yang dikeringkan. Rupanya, inilah kisah dibalik hiruk-pikuk yang tadi saya lihat di lantai 1.

Foto Hitam Putih RM Surya, foto Harry Nazarudin

Tahukah Anda, bahwa di balik tersajinya “Nasi rendang bumbu lengkap satu ya Uda!” – terdapat suatu ekosistem yang andal dan teruji? Baik dari sistem bagi hasil dengan para pelayannya sehingga bapak-bapak ini bisa bertahan lama bekerja dengan penghasilan cukup, para juru masak yang setia menghadirkan selera Minangkabau, sampai proses panjang penyiapan bahan baku dan bumbu yang disiapkan secara tradisional.

“Di sini semua bahan masakan kami siapkan sendiri dari nol” kata Pak Indra menjelaskan. Pantas saja, rasanya tetap sama selama puluhan tahun!

Kisah perjuangan dan kesetiaan ini berlanjut ketika mendengar cerita Pak Daswir, perwakilan generasi pendiri RM Surya yang lebih senior, bercerita mengenai jatuh bangun berusaha dan membuka cabang. Apalagi, ketika panitia mengundang pegawai senior untuk maju ke panggung – ada yang sudah bekerja 20, bahkan 30 tahun di RM Surya! Terharu hati ini rasanya, bapak-bapak yang biasanya berdiri sigap di pojokan dengan mata fokus ke arah pelanggan, cepat bereaksi kalau dipanggil dan gesit mengantar pesanan – kini menjadi “bintang panggung”, tersenyum bangga ketika menerima tepukan tangan para selebriti kuliner yang hadir di ruangan. Sekali-sekali ya Uda, tidak berdiri di pojokan, tapi jadi pusat perhatian di panggung!

Setelah tepuk tangan usai, giliran para konseptor buku dan penulis yang maju bercerita mengenai inspirasi dan proses penulisan buku. “Gerakan Art Book alias buku sebagai karya seni yang dibawa Binatang Press sedang trend di dunia saat ini” kata Nugraha, menjelaskan bahwa buku ini bukan saja enak dibaca, tetapi didesain untuk sedap dipandang.

Reno Andam Suri, sebagai penulis utama, hadir memberikan bobot bibit dan bebet penulisan dengan piawai, data yang tajam dan analisa yang teliti. Foto-foto lama RM Surya bahkan membawa nuansa vintage sehingga membaca buku ini seolah membawa kita kembali ke masa lalu.

Reno Andam Suri (kerudung hijau), Nugraha (baju hitam) bersama keluarga pemilik RM Surya generasi kedua

Ngomong-ngomong masa yang berlalu, perut mulai keroncongan nih! Untung saja, RM Surya siap menjamu tamu dengan hidangan khasnya. Sejak acara mulai ada Kue Mangkuak, seperti apem berbasis gula aren dan santan yang dicetak di batok kelapa. Sedap dan ternyata tidak terlalu manis! Kemudian untuk makanannya ada Rendang, Pangek Masin Ikan, Palai Bada, Gulai Ayam, Balado Merah dan Hijau, Perkedel Kentang dan Kerupuk Sanjai Balado. Ada satu hidangan yang menarik perhatian: Gulai Korma! Apa itu?

“Ini menu spesial yang sudah lama tidak ada lagi di menu, kami sajikan khusus untuk hari ini!” kata Pak Indra Taufik. Ah, pantas saja! Menarik!

Gulai Korma, foto Harry Nazarudin

Gulai Korma ini memang unik. Potongan daging sapi yang dimasak berkuah gulai dengan kentang, tetapi kuah gulainya memiliki aroma fruity dan tarikan manis yang khas. Tidak terlalu dominan, lamat-lamat namun sepakat, membuat hidangan jadi nikmat! Sepertinya korma ditambahkan pada racikan bumbu sehingga rasanya meresap. Pangek Masin Ikan juga menarik dengan kualitas ikan yang sangat baik.

Pangek masin ikan, foto Harry Nazarudin

Rendangnya mantap berwarna merah merekah dengan rasa berani. Gulai Ayamnya juga sedap, dan sajian unik lainnya adalah Palai Bada alias pepes ikan salai, dengan bumbu kunyit yang dominan. Anak saya memesan ekstra Ayam Goreng sebelum hidangan utama datang, yang aromanya berhasil memecahkan konsentrasi tamu undangan di sekitar kami yang sedang serius mendengar paparan. Maafkan ya panitia! Memang, kualitas RM Surya masih juara!

Meskipun orang Indonesia gemar sekali bicara apresiasi budaya, tetapi kita jarang memberikan penghormatan pada institusi makan siang yang menunjang gizi dan kalori kita setiap hari. Padahal, berbisnis makanan selama 64 tahun itu adalah sebuah perjuangan yang tidak mudah. Alangkah indahnya, jika program-program gastrodiplomasi Indonesia dimulai dari dukungan terhadap mereka ini: siapa lagi yang sanggup menjalankan restoran Minang di Paris, kalau bukan keluarga RM Surya yang berhasil jaya di Jakarta? Tidak perlu mengajari mereka berbisnis atau memasak. Beri saja pinjaman ringan atau keringanan pajak, niscaya pasukan Uda-uda sigap nan cekatan siap meramaikan jagat kuliner Paris, London, dan New York. Bermimpi boleh kan?

Kalau bukan karena mimpi, mana berani 64 tahun lalu, sekeluarga asal Padang mendirikan Rumah Makan Surya di ibukota Jakarta?

Terima kasih RM Surya, yang sudah setia melayani kami selama ini. Terima kasih Dokumentaria Berselera, Reno Andam Suri, dan Binatang Press, yang sudah memberikan penghargaan yang sangat amat layak pada pahlawan makan siang Republik Indonesia ini. Kami tunggu karya-karya berikutnya. Salam kuliner Nusantara!

Keluarga penulis bersama Lidia Tanod, Pak Dasriel, Pak Indra dan Reno Andam Suri

Salam,

Harnaz

***

Penulis: Harry Nazarudin 

Editor: Husni Efendi

Post Comment