Jalansutra

Mao Shan Wang, Legenda Durian Musang King dari Pahang

Mao Shan Wang, Legenda Durian Musang King dari Pahang

 

Penulis: Rerie Arimia (aktif di komunitas Jalansutra) 

Salah satu acara yang paling ditunggu tunggu dalam kunjungan ke Malaysia adalah mengunjungi salah satu perkebunan durian terbesar di Raub, Pahang.

Perjalanan dari Subang Jaya menuju Raub memakan waktu kurang lebih 2 jam, dengan pemandangan campuran layaknya Kelok Sembilan arah Bukittinggi, Citatah Padalarang dan toll Cipularang.

Perjalanan cukup panjang, sampai bingung kapan sampainya, karena jalan semakin kecil dan hingga tibalah kemudian di lapangan besar dengan parkiran mobil yang cukup luas. Terlihat berjejer beberapa mobil Hilux terbuka dengan kursi panjang yang terpasang di belakangnya.

Ruang terbuka, beratap seng tebal dengan beberapa kipas angin besar terpasang di langit langit ruangan. Uniknya atap juga dialiri air, sehingga seperti rain drop, bertujuan supaya ruangan terasa sejuk.

Disediakan pula banyak meja dan kursi dengan taplak putih, sarung tangan plastik, tissue basah dan kering, juga tempat sampah mungil untuk wadah sisa biji durian.

Para pramusaji sibuk memilih durian yang akan dibelah.

Hari itu ada 60 orang yang ikut tur Kebun Durian seluas 121 hektar, dan dibagi menjadi 10 grup di 6 kendaraan yang berbeda.

Pengemudi yang membawa kami dan teman teman dari Indonesia bernama Bang Azrul, asli orang Raub, Pahang. Dia sangat lihai membawa kendaraan di medan yang menanjak, jalan sempit, curam, dan bahkan cukup memicu adrenalin, terasa dagdigdug tapi seru.

Kami dibawa ke sebuah lahan terbuka dengan dua drone besar di landasan. Di sini ada yang istimewa, hampir semua penyiraman air, pupuk, nutrisi obat obatan untuk kesuburan setiap pohon dibantu oleh drone. Sebagai bayangan saja, jika dilakukan secara manual, setidaknya pemyiraman membutuhkan 40 liter, sedangkan dengan drone hanya 8 liter, selama 6 menit penerbangan.

Dua drone yang cukup besar ini mempunyai nama panggilan; Jason dan William.

 

Teknologi ini sangat membantu keakuratan pemberian pupuk di mana setiap pohon yang sehat membutuhkan 21kg pupuk per tahun, untuk kesehatan daun dan bunganya, sehingga bisa menghasilkan buah durian grade A.

Setelah itu kami diperlihatkan dengan pohon durian yang diikat antara batang dengan batang lainnya. Ternyata itu sebagai indikator bila pohon berkembang dengan baik dan sehat, ikatan ikatan tali tersebut bisa terlepas.

Kebun durian ini didominasi oleh jenis Musang King, dan kebetulan yang sedang panen adalah jenis ini.  Selain itu di kebun tersebut juga ditanam durian jenis Black Thorne dan D24.

Musang King terbaik, setidaknya membutuhkan waktu 131 hari sejak menjadi buah sehingga layak panen.

Penjelasan secara detail ini diberikan dalam perjalanan kami mengelilingi kebun durian tersebut.

Misal, syarat pohon durian dianggap sehat dan bisa menjadi produktif adalah di usia 5 – 8 tahun sejak ditanam, dan sudah bisa dipanen buahnya. Hal ini juga dipengaruhi oleh keterampilan dari petani durian itu sendiri.

Dengan umur yang semakin bertambah, di usia paling produktif untuk sebatang pohon durian adalah di usia 30 tahun.  Dengan perkiraan bisa menghasilkan 300 buah durian, grade utama per tahunnya. Durian yang jatuh ke dalam jala, tidak langsung diangkut dan siap dibuka untuk dihidangkan, namun harus menunggu 6 jam setelah diangkut dari kebun.

Adrenalin kami dipicu lagi dengan turunan curam, namun mempunyai pemandangan indah di sisi sebelah kanan pengemudi.

Sampai kembali di tempat semula, kami pun disuguhi pemandangan indah berjejer durian yang sudah dibelah.

Duh, durian yang mengkilat dengan warna kuning menggoda, dan setelah dicoba, memang sedap sangat, creamy, lembut, manis legit namun tidak mendominasi dengan hint pahit samar di ujung lidah.  Ini durian terenak yang pernah saya coba. Harimau Malaya jingkrak jingkrak pun saya tidak akan peduli.

Namun sebagai penenggak “Glimepiride, Candesartan, dan Finofibrate” saya tidak berani makan banyak, cukup satu, dan cicip sedikit dari grade A, Musang King.

Setidaknya yang dianjurkan Jie Jie Lopan, ada baiknya diikuti untuk meminum air kelapa muda sebelum makan duriannya, untuk meng-elevate rasa durian juga menetralisir dari rasa lain di dalam mulut.

Saya semakin kagum, karena kebun durian ini adalah collaboration and cooperation project dari 4 SME, yaitu Hejaya, Dorees, Doran Doran dan Do-Re-Mi (Drone Optimized Resources Management and Integration).

Kebun durian ini juga memberikan edukasi dan wawasan kepada para penikmatnya, misal kenapa harganya sangat mahal. Ini dikarenakan memang perawatannya membutuhkan biaya yang tinggi, sekaligus juga dikemas dengan konsep cantik, termasuk tur keliling kebun yang ajib ajib namun seru.

Sungguh kolaborasi yang ciamik!

Ada bagusnya prinsip ATM (amati, tiru, modifikasi) dari negeri Jiran ini bisa juga diterapkan di kebun-kebun atau desa desa wisata di Indonesia.

Post Comment