Penulis: Harry Nazarudin
Komunitas Jalansutra adalah komunitas foodies yang didirikan oleh Bondan “Mak Nyus” Winarno melalui mailing list Yahoogroups, yang fokus pada kegiatan favorit anggotanya: jalan-jalan dan makan-makan. Kalau beberapa tahun belakangan ini Ultah JS dirayakan dengan Festival WTF, kali ini Ultah JS dirayakan berbeda dan dekat dengan tanggal ulang tahun benerannya. Hari lahir Jalansutra 23 Mei 2003, dirayakan Sabtu 24 Mei 2025 di Galeri Batik Hartono Sumarsono. Acaranya tentu saja khas Ultah JS: POTLUCK! Temanya: kelapa!
Acara dimulai di Aula Galeri Batik Pak Hartono Sumarsono yang luas dan nyaman. MC kondang Arletta Danisworo membuka acara dengan elegan yang kemudian dilanjutkan dengan sambutan Kang Harnaz dari Komunitas Jalansutra. Setelah itu, Pak Hartono bercerita mengenai batik kelapa yang dipajang khusus untuk JSers yang hadir.
“Saya hanya melaksanakan permintaan Bu Rae mencari batik bergambar kelapa, akhirnya ketemu tujuh kain ini..” katanya, lalu beliau melanjutkan dengan berbagai kisah menarik dari Batik Garut, Batik Solo, sampai warna khas batik remekan.
“Pebatik itu pintar sekali. Teknik produksinya canggih. Mereka tidak perlu dibantu soal produksi. Yang perlu dibantu, adalah penjualannya…” kata Pak Hartono sambil tersenyum. Betul!
Selain batik, ada juga seni kuno yang dipamerkan saat itu: koleksi scarf dari Pak Hartono.
“Tahun 90-an ketika batik sedang lesu, akhirnya scarf ini yang dikoleksi” katanya.
Wow, ternyata menarik! Seni melukis tekstil rupanya bukan milik batik saja – tapi juga ada di Eropa. Melalui lembaran-lembaran sutra, mengalirlah cerita mengenai nama-nama yang sekarang sangat terkenal – Hermes, Louis Vuitton, Cartier – yang ternyata memulai sejarahnya sebagai rumah seni yang memproduksi scarf tulis (mirip batik tulis kan?)
Luar biasa, bahwa sekarang mereka memperluas bisnis ke berbagai benda mewah dan toko-tokonya diantri pelanggan di seluruh dunia, menghasilkan devisa milyaran dollar! Kalau batik diseriusin, boleh dong mimpi suatu saat membeli tas atau jam tangan merek Iwan Tirta di New York?
Lirikan MC Arletta membuyarkan mimpi saya, mengingatkan bahwa sudah waktunya tiup lilin! Ternyata bukan Komunitas Jalansutra saja yang berulang tahun di tanggal tersebut. JSer Bu Hera ternyata ultah tanggal 23 Mei dan Bu Raeshita “Connecting People” Hardisurya, ultah juga tanggal 24 Mei. Jadilah empat orang yang tiup (kipas) lilin di siang itu; dua JSer yang ultah, plus Lidia Tanod dan Wasis Gunarto yang mewakili Komunitas Jalansutra. SAH!
Acara berikutnya: MAKAN-MAKAN! Seperti biasa, potluck Jalansutra tema kelapa ini membuka wawasan terhadap banyaknya pemakaian kelapa dalam kuliner kita. Ada kudapan seperti koyabu Manado, hidangan utama seperti gulai tunjang dan gulai kacang hijau, acar timun Kalimantan, dan banyak lagi! Belum lagi berbagai minuman seperti air kelapa besutan Mas Bonang dan Kang Irvan Kartawiria serta cendol low carb dari ahli keto Angela Agustina. Dan kali ini, acara JS didukung oleh Balikin.id, perusahaan yang fokus mendorong pemakaian gelas yang bisa dipakai ulang supaya ramah lingkungan. Mereka punya kejutan juga: batok kelapa ramah lingkungan untuk dipakai wadah makan!
Potluck merupakan strategi Jalansutra untuk mempercepat kecerdasan lidah anggotanya karena memiliki kesempatan komparasi langsung. Dalam potluck bertema kelapa ini, kita langsung menangkap kunci citarasa kelapa yang komplit dan serba bisa: ada rasa gurih, ada tekstur renyah ketika kering, ada tekstur berlemak karena menganduk minyak.
Bisa sebagai media untuk menyerap bahan seperti gula aren, bisa digunakan santannya untuk kuah, sangat beragam! Meskipun begitu, tetap rohnya berbeda dengan potluck kunyit tahun 2020, dimana kunyit sebagai rempah lebih fokus pada aroma, sementara kelapa lebih pada rasa dan tekstur.
Topik kelapa ini mengingatkan kita pada satu kenyataan: bahwa di Indonesia sedang terjadi kenaikan harga kelapa karena banyak kelapa diekspor akibat kenaikan drastis permintaan kelapa dari luar negri. Rupanya, atas masukan dari rekan yang ahli industri pangan, saat ini sedang terjadi trend “rasa kelapa” terutama dalam minuman di seluruh dunia.
Di Tiongkok dan Amerika, minuman “coconut milk” dan nata de coco sedang naik daun luar biasa sehingga kelapa menjadi komoditas yang dicari dunia. Halo Indonesia, jangan mengeluh karena harga kelapa naik! Bukankah ini berarti pekebun kelapa akan senang karena mendapat harga bagus?
Solusinya jelas: mari tanam kelapa sebanyak-banyaknya untuk menstabilkan harga! Jadikan kelapa sebagai komoditas ekspor unggulan Indonesia, yang bahkan lebih ramah lingkungan daripada batu bara atau nikel!
Tak terasa sudah waktunya mengumumkan tiga pemenang kuliner terunik dan enak yang mendapat hadiah batik dari Pak Hartono. Pak Puji food stylist kondang menang dengan pelas udangnya. Hidangan ini mirip botok, tetapi menggunakan udang, kelapa, dan bumbu. “Ini resep dari ibu saya, mendadak teringat untuk saya masak ulang” kata Pak Puji, mewakili kuliner Sunda/Betawi dari ibunya.
Kemudian Bu Raeshita dengan salad kecipirnya – lokal, segar, dan modern – ternyata resepnya entah dapat darimana tetapi ternyata manjur! Kemudian dari hidangan penutup ada Bu Hera dengan Pandan Retro Cake – sebuah kreasi yang padat, powerful, dengan paduan rasa lembut namun serasi antara pandan dan kelapa. Mak nyus!
Terima kasih kepada Pak Hartono Sumarsono yang baru menerima rekor MURI sebagai penulis buku batik terbanyak, ikut bangga dan ikut senang bisa berkunjung. Terima kasih pada Balikin.id, Puyo Desserts, Kopi Oey, Arletta Danisworo, yang menjadi sponsor acara kami.
Terima kasih buat panitia Komunitas Jalansutra yang sudah sibuk mengatur meja sejak pagi. Terima kasih buat JSers yang sudah membawa makanan: ada yang masak dari pagi, ada yang sibuk cari yang jualan, bahkan repot-repot mencari berbagai bahannya sejak lama – upah kalian besar di Sorga para foodies!
Dan untuk semua JSers, terima kasih sudah bersama-sama makan-makan dan jalan-jalan selama 22 tahun yang mengenyangkan. Bagaikan kelapa semakin tua semakin gurih, biarlah persaudaraan kita semakin lama semakin sahih!
Beberapa catatan untuk kuliner yang hadir: ada Gulai Tepek Ikan khas Jambi, paduan kuah gulai dan nanas yang disajikan dengan “tepek” atau adonan tepung sagu dan daging ikan.
Ada “bogana”, kuah gulai dengan rasa manis yang khas wilayah Bogor. Hadir juga sate ikan bandeng ala Serang, yang tanpa presto tapi bebas duri, karena pembuatnya punya teknik khusus menarik tulang ikan di satu sisi dan dengan satu tarikan bisa mengeluarkan duri bandeng tanpa membedah ikannya.
Ada selada timun dari Chef Meliana ahli kuliner Kalimantan, dan juga Gulai Tunjang masakan sendiri dari Titi Rusdi yang lama dimasak sehingga kaldunya sangat lembut dan sedap.
Kelapa sebagai taburan hadir dengan ongol-ongol dan koyabu, dan banyak hidangan menarik lainnya – yang sangat jarang tersaji dalam satu meja. Kuliner Nusantara memang menarik dan tiada habisnya!
Salam,
Harnaz