Narasi

Mie Ayam Dondon: Mie Ayam Gerobakan Saksi Perubahan Blok M

Mie Ayam Dondon: Mie Ayam Gerobakan Saksi Perubahan Blok M

Sudah ada sejak tahun 80-an, menjadi salah satu mie ayam di kawasan Blok M yang ternama sebagai Mie Ayam Dondon.

Dan memang, kawasan Blok M sepertinya menjadi salah satu surga kuliner di Jakarta Selatan. Rupa-rupa kuliner ngumpul, dari mereka yang sudah menancapkan taring lama dan terlabeli legendaris, hingga deretan pendatang baru yang tak terhitung jumlahnya.

Salah satu sudut yang menawarkan ragam kuliner di Blok M adalah di bagian  Pujasera Blok M Square. Di sini sendiri saja ada beberapa tempat makan yang patut disambangi. Dan nyaris, di Pujasera sini selalu ramai dikunjungi.

Salah satu yang menjadi incaran adalah Mie Ayam Dondon. Mie ayam yang sepertinya mengiblat gagrak mie ayam ala Solo ini, sudah ada puluhan tahun lalu. Mereka menempati Pujasera sejak tahun 2009. Namun sebelum itu, mereka adalah mie ayam gerobakan yang sering diserbu pengunjung oleh para pekerja di kawasan Blok M.

Kami berbincang dengan Mulyono, yang saat kami sambangi, dirinya sedang sibuk tiada berhenti meracik mie ayam, dan membuat janji berbincang setelah dagangannya habis.

Awalnya, Mulyono dulu bersama Suyadi berjualan mie ayam gerobakan di lokasi dekat sebuah restoran, bernama Dondon. Tidak lama restoran itu tutup dan berubah bentuk menjadi restoran Texas Fried Chicken. Namun nama “Dondon” kadung melekat di banyak pelanggannya. Sehingga mie ayam yang mereka jual, diidentikkan dengan nama tersebut untuk memudahkan titik lokasi oleh pelanggan.

Mulyono sendiri membantu usaha mie ayam tersebut di akhir tahun 80-an, saat itu usianya masih belia. Dia mengungkapkan, dulu saat berjualan belum ada terminal Blok-M, dan dengan fasih menyebut beberapa pergantian nama restoran yang menjadi saksi perjalanan dari usaha mie ayamnya.

Tak dinyana usaha mie ayam gerobakann dari Muyono dan kawan-kawannya, jauh lebih bertahan dari beberapa jenama restoran terkenal yang diidentikkan dengan usaha mereka.

Jika sedang ke sini, pengunjung yang berjubel dan tim Mie Ayam Dondon saling bersahutan tiada henti dengan nada suara tinggi; memastikan soal pesanan, transaksi penjualan, saling tunggu kursi dan meja kosong untuk diisi. Menikmati pemandangan tersebut, beberapanya, membuat kami malah geli sendiri.

Terlebih saat melihat Agus (atau biasa disebut Penyok), salah satu tim Mie Yam Dondon dengan rambut gondrong dan blangkon hitamnya hilir mudik, seringnya tergesa, mengantarkan pesanan, mengatur ritme pengunjung, dengan nada suaranya yang khas, dan cukup menjadi atraksi yang mencuri perhatian.

Mie Ayam Dondon, mengacu ke namanya, mereka hanya menyediakan menu mie ayam saja. Namun pilihannya bisa mie ayam biasa yang gurih asin, atau mie ayam yamin yang manis gurih.

Semuanya bisa dipadukan dengan pugasan bakso dan pangsit. Hanya saja, di sini hanya tersedia pangsit goreng saja. Untuk taburan daun bawang beserta sambalnya, pengunjung bisa ambil sepuasnya.

Mulyono menambahkan, bahwa Mie Ayam Dondon tidak membuka cabang. Dan semua pengerjaan dari mulai produksi mie, pembuatan bakso, hingga pangsitnya, mereka membuatnya sendiri.

Tak perlu risau, meski selalu ramai, pesanan relatif cepat untuk dibuatkan. Mereka sepertinya sudah terlatih dengan hiruk pikuk pengunjung dengan sekian puluh pesanan, yang harus diselesaikan dalam tempo waktu sesingkat-singkatnya.

Tidak cukup mengamati, kami juga memesan mie ayam yamin yang diracik oleh Mulyono dan kawanannya. Mie ayam di sini, tipe mienya berukuran sedang, keriting, kenyal, tidak begitu lembek, dan dimasak dengan takaran yang pas, tidak sampai over cook. Pugasan daging ayam kecapnya yang diiris berbentuk dadu ditaburkan dengan tidak pelit.

Untuk ukuran harga makan di sini bisa dikatakan murah; seporsi mie ayam yamin atau mie ayam pangsit hanya dihargai Rp15.000. Sementara jika ditambah bakso, cukup merogoh kocek Rp18,000 saja.

Bulatan-bulatan baksonya pun kami rasakan cukup istimewa, tidak terasa seperti bakso pasaran, dan saat digigit menmunculkan sensasi kres-kres di mulut. Terasa menyenangkan saat dipadu-padankan dengan kuah gurih, manis, pedas sambal, kekenyalan mie, kesegaran sawi hijau, bawang daun yang semuanya menyatu di dalam mangkok.

Mulyono, mengatakan, jika sedang ramai, dia bisa membuat pesanan 400 hingga 500 mangkok dalam sehari.

Namun perjalanan usaha Mie Ayam Dondon ini tidak semuanya menyenangkan, mengingat masa lalunya saat berjualan dan mendorong gerobak, Mulyono beberapa kali harus berurusan dengan petugas tibum. Seperti tanpa dendam, dia berujar bahkan juga pernah dipukul beberapa kali oleh mereka hanya karena berjualan mie ayam.

Dalam hal kuliner, dan dalam beberapa hal lainnya, Blok M menyimpan banyak cerita. Salah satunya adalah kisah perjuangan dan perjalanan Mie Ayam Dondon puluhan tahun.  Yang dikisahkan Mulyono, dengan seringnya sembari tertawa, dan dia tampaknya menikmatinya.

Mulyono berujar, karena dari usaha meramu mie ayam ini, selain jadi bisa menafkahi keluarga dia juga merasa menjadi banyak teman di Jakarta.

Mari makan, rasakan, dengarkan, dan ceritakan.

Post Comment